Misteri Dunia -Kami temukan sebuah Pulau kosong yang muncul secara misterius di tengah Samudera Hindia.Pulau apa itu?entahlah,kami tidak tahu.Namun ketika kami menjelajah,ditengah pulau itu ada sebuah batu bergambar.Batu berukuran dengan dimensi sekitar 2 meter bertuliskan aksara abstrak ekspresionist,antahberantah dengan gambar wanita jelita.
Kami tidak memahami tulisan dan lukisan itu. Namun, pada saat kami pegang bersama, empat orang, batu itu bergerak dan menguncang seisi pulau.Artinya, batu itu tak mau dipindahkan dan dijamah manusia biasa.
Semua pohon berayun dan tanah merekah tiba-tiba. Kami terperanjat dan segera keluar meninggalkan pulau dan kembali ke perahu. Hasil tangkapan ikan di perahu, kami bawa merapat ke Pacitan dan pulang ke rumah. Hasil yang sangat minim karena gelombang laut tidak bersahabat dan ikan tidak begitu banyak. Apalagi gerimis terus membasuh laut, sehingga ikan banyak yang mengalir ke tempat yang jauh dan aman.
Peristiwa unik itu kami alami pada Malam Jumat Kliwon, 15 Juni 2012:Saat itu kami melaut di malam hari, nekad karena beberapa waktu lalu kami kurang hasil tangkapan laut. Kami membutuhkan banyak tangkapan untuk memenuhi asap dapur. Juga membeli bahan bakar yang saat itu harganya melambung. Kami berlayar sekitar 65 mil laut dari Pantai Watukarung dan Klayar ke selatan. Hampir di tengah Samudera Hindia. Tempat di mana ikan bergerombol dan banyak sekali. Alhamdulillah malam itu jalan kami menangkap banyak ikan dan suksés.
Pukul 23.00 WIB, tiba-tiba mata kami melihat sebuah pulau di selatan kami. Pulau kecil dengan pepohonan belukar serta tanaman payau di sekitarnya. Pulau apa itu? Tanyaku, kepada tiga teman yang lain. Semua menggeleng dan memberi pertanda bahwa tidak mengerti. Tapi, walau kami tidak tahu pulau apa itu, namun kami memutuskan sandar di pulau itu. Kami tautkan tali perahu ke pohon angsana dan kami masuk dengan senter besar ke dalam pulau.
Di dalam hutan pulau misterius itu, kami memukan batu unik lalu setelah dipegang, pulau bergoyang dan terjadi gempa bumi seketika. Terjadi hiruk pikuk pepohonan yang bertabrakan dan buah-buah kepala yang tumbang. Kami berempat lari meninggalkan pulau dan kabur kembali ke pangkalan pantai Watukarung, Pacitan, Jawa limur.
Kami menceritakan keadaan ini pada warga kampung. Baik tetangga maupun pejabat kabupaten. Bahwa ada pulau misterius di selatan Pacitan. Pulau yang tiba-tiba muncul dan berisi batu tua dengan tulisan aksara abstarak ekspresionist. Semua orang tertarik dan ingin menyaksikan pulau itu.
Maka beberapa kapal diberangkatkan ke lokasi dengan hitungan kompas, yang ternyata pulau itu sebenarnya tidak pernah ada. Hingga beberapa kali ke sana, warga tak melihat pulau yang dimaksud.Jadi pulau itu sebenamya tidak nampak dan tak pernah ditemukan oleh siapapun, kecuali kami berempat.
Pada suatu malam, Malam Selasa Pon, 7 Agustus 2012 aku dapat impian. Seorang wanita setengah baya berwajah cantik jelita datang kepadaku, meminta agar aku datang sendirian ke pulau itu. Dia menamakan pulau misterius itu sebagai Pulau Kayangan. Tapi wanita mengaku bernama Dewi Purwanti tersebut, meminta agar aku datang sendirian.Tidak boleh berteman dan tidak boleh ada orang lain yang menyaksikan.
Aku akan memberikan sesuatu yang sangat berharga untukmu, maka itu datanglah ke Pulau Kayangan, sendirian,” pintanya. Tapi ingat, jangan memberitahu siapapun. Termasuk istri dan anak-anakmu pun, tidak boleh tau.
Lama juga aku termenung, berfikir dan meresapi impian itu. Yang kusebut sebagai bisikan gaib. Selama ini, soal apapun, soal hasil tangkapan, kendala di laut dan penderitaan karena ombak besar, aku ceritakan kepada istri dan anak-anakku di meja makan. Tapi, kali ini, soal misteri ini, aku tak boleh memberitahukan mereka. Sementara mereka adalah belahan jiwaku. Bagian dari hidupku yang harus tahu apapun pengalamanku di laut dan apapun yang aku alami dalam kehidupan ini.
Penasaran. Ya, aku sangat penasaran dan tertantang untuk kembali ke Pulau Kayangan ini.Tapi, aku harus sendirian dan melakukan perjalanan yang sangat rahasia,. Bahkan harus penjalanan tengah malam ke laut, berlayar ke arah selatan dari Kota Pacitan. Tengah malam, supaya jalanan ke laut sepi dan kepergianku ke Samudera Hindia itu tidak diketahui oleh seorang pun.
Duh Gusti, pikirku, betapa beratnya tantangan ini Akankah aku melakukan hal ini dan akankah aku merahasiakan perjalanan penting dan beresiko tinggi ini kepada istri dan tiga anakku? Entahlah, aku belum dapat memutuskan hal itu. Namun aku tertantang dan penasaran ingin tahu, hadiah apa yang akan diberikan Dewi Purwanti kepadaku.
Setelah sekian lama aku benfikir dan menimbang-nimbáng, Hari Jumat Pahing, 31 Agustus 2012 aku berangkat. Pikirku, aku bersama Tuhanku, setelah sekian lama aku benzikir, tahajut dan ngewirid untuk perjalanan mengerikan ini. Aku pamit kepada istri dan anak-anakku akan ke Surabaya. Alasanku mengunjungi Pakde Suharyadi di Ketintang, yang memanggilku untuk suatu pekerjaan membuat kapal. Memang aku ahli membuat kapal kayu dan Pakdeku punya panglong kayu di dekat Tanjung perak, pinggir laut utara untuk dijadikan kapal kecil.
lstri dan anakku mengijinkan aku ke Surabaya. Tetapi aku telah menyiapkan perahu motor pinjaman dari teman dan Trenggalek, timur Pacitan. Jika aku pinjam perahu dari Pacitan, pasti jadi masalah. Semua teman nelayanku dikenal oleh istri dan anak-anakku. Pastilah mereka akan tahu kalau aku berlayar ke Samudera Hindia karena kapal pinjaman teman teman itu. Tapi, dari Tnenggalek, kurasakan Iebih aman dan istri serta anakku takkan tahu hal ini.
Han Sabtu Pon, 1 September 2012 jam 23.45 tengah malam, aku sudah sampai ke Pulau Kayangan dari Pantai Tenggeleng, Trenggalek. Hujan deras di pulau tengah samudera ini. Kilat dan petir bersautan dan beberapa pohon roboh disambar petir. Duh Gusti, tiba tiba cuaca sangat dingin mengigit tulang. Udara bengerak berkisar antara 10 atau 11 derajat celsius. Dingin seperti di dalam kulkas. Tubuhku mengigil dan gigiku mengeretak.
0 komentar:
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.