Warga Anggap Oarfish Utusan Dewa, Kemunculannya Pertanda Gempa |
Baru-baru ini seekor oarfish berhasil ditemukan dalam keadaan mati di sebuah pantai di utara Mindanao, oarfish ini diketahui bukan yang pertama kali ditemukan. Pada 8 Februari lalu, oarfish juga ditemukan dalam keadaan mati di sebuah pantai di Agusan del Norte, ikan tersebut ditemukan hanya dua hari sebelum gempa mematikan berkekuatan 6,7 Skala Richter melanda Surigao City, Filipina.
Sementara itu, oarfish lain ditemukan juga dalam keadaan mati di Carmen, yaitu sebuah kota di Agusan del Norte, Filipina. Penampakan terbaru dari ikan oarfish baru-baru ini ditemukan di Barangay gusA, Cagayan de Oro City. Warga setempat mengatakan bahwa ikan oarfish yang ditemukan memiliki panjang sekitar 15 meter, awalnya ikan tersebut berhasil ditemukan dalam keadaan hidup, namun tak lama kemudian mati.
Ketika ikan oarfish berukuran besar ini ditemukan terdampar di Mindanao, beberapa warga setempat meramalkan akan terjadi gempa bumi. Dua hari kemudian, gempa berkekuatan 6,7 Skala Richter melanda Kota Surigao, yang terletak di Mindanao. Warga lokal sekarang menjadi ketakutan akan keselamatan mereka, lantaran oarfish telah dianggap sebagai pertanda sebuah bencana. Ikan oarfish sendiri, dalam cerita rakyat Jepang dikenal sebagai utusan dewa laut yang menyampaikan pesan akan terjadinya bencana.
Sebelum tsunami besar melanda negara Jepang pada 2011 lalu, beberapa oarfish dilaporkan ditemukan mati oleh para nelayan di pantai Jepang. Para nelayan Jepang juga melaporkan sempat melihat puluhan oarfish mati terdampar, tak lama kemudian gempa berkekuatan 8,8 Skala Richter melanda Chile pada Maret 2011.
Ikan oarfish merupakan jenis ikan yang mendiami kawasan laut dalam, biasanya ikan ini dapat ditemukan pada kedalaman laut 200 sampai 1000 meter. Oarfish dapat tumbuh hingga sepanjang 50 kaki dan berat hingga 600 pound. Para ilmuwan percaya bahwa oarfish akan berenang ke atas permukaan air laut dan tinggal di dekat pantai, ketika mereka merasa sakit atau akan mati.
Kiyoshi Wadatsumi, seorang ahli seismologi ekologi Jepang, dalam sebuah wawancara dengan Japan Times, mengatakan bahwa ikan yang tinggal di dasar laut, lebih sensitif terhadap pergerakan lempengan bumi yang menjadi penyebab gempa, dibanding orang-orang yang tinggal di dekat permukaan laut. "ikan yang hidup di dekat dasar laut, lebih sensitif terhadap pergerakan lempengan bumi,” ungkap Kiyoshi Wadatsumi.Sementara itu, oarfish lain ditemukan juga dalam keadaan mati di Carmen, yaitu sebuah kota di Agusan del Norte, Filipina. Penampakan terbaru dari ikan oarfish baru-baru ini ditemukan di Barangay gusA, Cagayan de Oro City. Warga setempat mengatakan bahwa ikan oarfish yang ditemukan memiliki panjang sekitar 15 meter, awalnya ikan tersebut berhasil ditemukan dalam keadaan hidup, namun tak lama kemudian mati.
Ketika ikan oarfish berukuran besar ini ditemukan terdampar di Mindanao, beberapa warga setempat meramalkan akan terjadi gempa bumi. Dua hari kemudian, gempa berkekuatan 6,7 Skala Richter melanda Kota Surigao, yang terletak di Mindanao. Warga lokal sekarang menjadi ketakutan akan keselamatan mereka, lantaran oarfish telah dianggap sebagai pertanda sebuah bencana. Ikan oarfish sendiri, dalam cerita rakyat Jepang dikenal sebagai utusan dewa laut yang menyampaikan pesan akan terjadinya bencana.
Sebelum tsunami besar melanda negara Jepang pada 2011 lalu, beberapa oarfish dilaporkan ditemukan mati oleh para nelayan di pantai Jepang. Para nelayan Jepang juga melaporkan sempat melihat puluhan oarfish mati terdampar, tak lama kemudian gempa berkekuatan 8,8 Skala Richter melanda Chile pada Maret 2011.
Ikan oarfish merupakan jenis ikan yang mendiami kawasan laut dalam, biasanya ikan ini dapat ditemukan pada kedalaman laut 200 sampai 1000 meter. Oarfish dapat tumbuh hingga sepanjang 50 kaki dan berat hingga 600 pound. Para ilmuwan percaya bahwa oarfish akan berenang ke atas permukaan air laut dan tinggal di dekat pantai, ketika mereka merasa sakit atau akan mati.
Kiyoshi Wadatsumi, seorang ahli seismologi ekologi Jepang, dalam sebuah wawancara dengan Japan Times, mengatakan bahwa ikan yang tinggal di dasar laut, lebih sensitif terhadap pergerakan lempengan bumi yang menjadi penyebab gempa, dibanding orang-orang yang tinggal di dekat permukaan laut. "ikan yang hidup di dekat dasar laut, lebih sensitif terhadap pergerakan lempengan bumi,” ungkap Kiyoshi Wadatsumi.
0 komentar:
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.