Rabu, 18 April 2018

Pesugihan Makam Nisan Menangis

Misteri Dunia -ketika fajar menyingsing, Giman berjalan jauh menyusuni hutan belantara dan bukit terjal. Tujuan utaManya adalah dapat menemukan kediaman Mbah Jugil, seseorang yang dapat memberi peunjuk pada suatu tempat yang sering disebut orang dengan nama Makam Nisan Menangis.
Konon, sudah banyak yang berhasitl merdapatkan kode jitu di keramat itu. Oleh Mbah Jugil, sang pelaku akan dituntun menemukan keberuntungan. Cara ini tak menggunakan tumbal.
Giman yang punya hoby berat bermain judi merasa tertarik untuk mengadu keberuntungan. Sudah tak terhitung uang ia pertaruhkan di meja judi, sehingga menumpuk pula hutangnya.
Ia yang bujang lapuk itu, sesungguhnya pada awalnya adalah seorang pekerja yang ulet dan cukup berhasil berwiraswasta sebagai pengusaha bata merah.Tapi karena kegemaran’judinya kian hari kian tak terkendali, maka kehidupannya semakin mengenaskan. Hutangnya sudah menumpuk hingga Ia tak mampu lagi membayarnya.
Setelah kemelaratan menimpanya, ia baru merasakan bagaimana menjadi orang miskin. Beberapa waktu Iamanya Ia harus menumpang ke sanak familinya agar terhindar dari kejaran orang yang pernah meminjaminya uang.
Disaat seperti inilah seperti muncul Trimo yang seperti dewa penolong. Trimo memberikan petunjuk tentang makam Nisan Menangis yang konon tak semua orang mengetahuinya
Ketika matahari hampir tepat berada di atas ubun-ubunnya, Giman baru menghentikan Iangkahnya di depan anàk sungai berair deras. Di depan sungai itu nampak tebing tinggi berlumut tebal dan basah yang senantiasa meneteskan air.
Di tengah suasana kebingungan itu dan di tengah derasnya air sungai, lama-lama telinga Giman mendengar suara tangisan perempuan menyayat hati. Suara tangis itu dapat berpindah-pindah. Terkadang terdengar dari atas tebing, bahkan dari dalam sungai.
Hal ini membuat-Giman mulai bergidik. Namun Ia sedikit lega, karena menurut Trimo, sungai itu menandakan gubuk Mbah .]ugil sudah dekat. Maka tak menunggu lebih lama ia segera menyusuri hilir dengan susah payah.
Tiba di gubuk Mbah Jugil, Giman agak sedikit kaget karena yang disebut Mbah JugiI itu ternyata berbadan kate dan masih muda seperti dirinya. Dengan ditemani seorang perempuan dan seorang bocah yang mungkin anak isterinya.
Giman di persilahkan masuk. Ternyata Mbah Jugil cukup ramah walau tampangnya sangar dengan cambang bawuknya.
Setelah mereka duduk saling berhadapan di atas lantai tanah beralaskan tikar pandan, Giman segera mengutarakan maksudnya. Ia juga menceritakan tentang suara tangisan di hulu sungai tadi.
Itu pertanda baik. Itu artinya kau di perkenankan datang ke tempat ini dan mewujudkan keinginanmu. Hanya tiga orang dalam setahun yang diperkenankan melihat makam itu,’ kata Mbah Jugil.
Ia juga menjeIaskan bahwa makam itu bersifat gaib. Tak sembarang orang dapat menemukannya walau di telusuri ke seantero hutan. Hanya orang yang berjodoh saja yang akan menemukannya.
“Satu hal pasti yang harus kau taati. Setelah kau datang ke tempat ini dan mendengar suara tangisan itu, itu berarti niatmu harus benar-benar kau Iaksanakan. Kalau kau mengurungkan niat jangan harap kau akan mampu keluar dari hutan ini dalam keadaan hidup. Itu sudah menjadi ketentuan gaib penguasa makam,”jelas Mbah Jugil.
Giman jadi gelisah. “Mbah, apakah hal ini tidak ada tumbal. Nyawa barangkali,” tanyanya getir.
Mbah Jugil tersenyum sinis. “Siapa bilang? Setiap orang yang minta pertolongan pada makhluk halus pasti ada imbalannya. Hanya aku tak tahu apa imbalannya itu karena hanya kau sendiri yang akan mengetahuinya. Mudah mudahan bukan nyawa yang diminta” Mbah Jugil menjelaskan.
Singkat cerita, selepas matahari terbenam, Giman dimandikan oleh mbah Jugil dengan air kali yang dingin itu. Setelah selesai, Giman diajak berjalan cukup jauh di tengah kegelapan hutan yang menyeramkan.
Karena gelap, Giman berjalan tersaruk-saruk sedangkan mbah Jugil seperti sudah paham jalan yang dilaluinya. Setiba di kerimbunan pohon Aren yang besar-besar, keduanya baru berhenti.
Mbah Jugil lalu mengunyah secuil kemenyan sembari bergumam membaca mantra. Ia menyemburkan ludahnya. Aneh bin ajaib. Tempat yang tadinya gelap gulita itu tiba-tiba menjadi terang oleh nyala obor kecil yang menancap di atas gundukan tanah mirip makam.
Ya, tiba-tiba makam itu muncul di dekat mereka. Nampak tak terawat. Yang unik, makam itu ukurannya sangat besar dengan nisannya yang besar pula terbuat dari batu nisan mengkilat.
Namun bukan makam itu yang membuat Giman tecekat, tapi karena nyala obor yang menancap di makam itu ternyata sebuah Jari telunjuk dan mengeluarkan api menyembul dari tanah makam.
Dalam gelap temaram itu wajah Giman pucat pasi karena takut. Ia tak berani membuka mulut.
Mbh Jugil segera membakar kemenyan dan menaburkan bunga di atas pusara dan menyiram makam dengan cairan dan sepotong bambu kuning. Setelah itu ia membaca mantra.
Akhirnya Giman disuruh melucuti seluruh pakaiannya hingga telanjang bulat. Setelah itu Ia berbaring di samping makam di atas sehelai kairi kafan yang sudah dipersiapkan, lalu dibungkus seperti pocong.
Sebelum mengikat tali pocong, terakhir Mbah Jugil berpesan, “Kau harus tidur di sini sendirian dan baru bangun sampai aku datang. Kau harus kuat apapun yang terjadi. Satu hal penting harus kau camkan. Sebelum kau bertemu penghuni makam, kau dilarang keras menyebut nama Tuhan dan ayat suci. Kalau kau Ianggar, akan sangat fatal akibatnya.”
Lolongan anjing hutan terdengar pilu bersahut-sahutan. Tak lama kemudian, suara tangisan wanita kembali terdengar. Giman hanya bisa mendengar suara suara itu tanpa bisa melihat wujudnya karena seluruh tubuhnya diselubungi kain kafan. Ia ingin berontak, ia ingin menangis tapi nasi seolah sudah menjadi bubur.
Kejadian itu belangsung cukup lama hingga tak terasa ia tertidur. Dalam tidumya yang aneh itu sukmanya secara aneh seperti keluar dari raganya. Giman kini benar-benar melihat jasadnya terbujur kaku, terbungkus kain kafan sedangkan sukmanya telah terbang perlahan ke awan putih.
Sebelum sukmanya meninggalkan raganya kian jauh, Giman masih sempat melihat bagaimana tiba-tiba jasadnya yang terbujur kaku itu menjadi rebutan makhluk-makhluk ganjil mengerikan yang tak pernah dilihatnya sebelumnya.
Tubuhnya seperti dikoyak dan dimakan mahluk-mahluk itu sampai tercerai berai dan darah membanjir. Bahkan kain kafan yang membungkusnya pun hancur tak berbentuk lagi.
Giman berteriak, menghardik dengan maksud agar makhluk makhluk itu tak menggerubuti raganya, namun suaranya tak berarti sama sekali.
Di saat seperti ini entah mengapa Ia tak ingat nama Tuhan lagi, hingga sampai Ia terbanting di atas kasur empuk bertabur aneka bunga dalam sebuah kamar aneh.
Kamar itu berukuran sangat besar dan nampak seperti model tempo dulu dengan dihiasi arca-arca batu. Dalam kebingungan, Giman beringsut ke ujung tempat tidur ketika masuk sesosok makhluk perempuari bertampang dahsyat.
Perempuan itu bertubuh gemuk luar biasa dengan memiliki tiga muka sama namun ekspresinya berlainan. Muka yang satu tampak terus menangis, yang satunya lagi nampak tersenyum-senyum dan yang terakhir galak seperti hendak menerkam.
Sedangkan rambutnya panjang itu tergerai hampir menyentuh tanah. Ada mahkota kecil di kepalanya yang besar. Namun yang membuat Giman sedikit tenang, meski makhluk itu bertubuh raksasa dan menakut
Kulitnyapun putih bersih Seperti bersinar. Makhluk itu tak mengenakan busana sehelaipun.
Tanpa basa-basi lagi dia langsung menggumuli Giman seperti hendak memperkosanya. Giman tak dapat berbuat banyak. Lambat laun aksi si makhluk membuat kelelakian Giman bangkit. Akhirnya Giman pun melayani makhluk itu.
Lama sekali makhluk itu memperkosa Giman hinga Giman tubuhnya seperti remuk redam. Perempuan itu baru berhenti setelah terdengar lenguhan panjang mirip suara sapi jantan.
Setelah selesai, makhluk itu beringsut di depan tempat tidur seraya berucap, “Anak muda, apa yang kau cari sudah kau dapatkan. Yang kau cari itu ada pada goresan kain kafan yang membungkus tubuhmu. Tapi ingat, kau kularang kawin dengan bangsamu dan kau kelak akan kembali melayaniku karena kau sudah menjadi milikku.
Lalu, makhuk itu menghilang dengan meninggalkan bau bangkai menyengat. Dan, Giman seperti baru tersadar dari mimpinya. Saat itu Mbah Jugil melepaskan ikatan pocongnya.
Setelah dibuka, Giman baru ingat pesan makhluk itu. Dan setelah diteliti ternyata benar, dibekas kain kafan yang membungkus tubuhnya itu terdapat goresan-goresan angka dari darah. Giman segena melipat kain kafan itu dan membawanya pulang.
“Satu hal lagi anak muda, kau hanya boleh membeli nomor itu sebesar uang yang nanti kau akan temukan di jalan. Tak boleh lebih!” pesan Mbah Jugil.
Beberapa tahun lamanya setelah Giman pulang dari makam Nisan Menangis, kini Ia bukan Giman yang dulu lagi. Ia benar-benar mendapatkan hadiah Togel sebesar lima ratus juta rupian Ia kembali membangun usahanya lebih modern dan ia bayar semua hutangnya yang hampir seratus jutaan itu.
Kini Giman nampak seperti pengusaha besar yang sukses dan berkantong tebal. Namun itu tak berlangsung lama. Entah mengapa lambat laun tingkah Giman seperti orang kurang waras.Ia Sering terlihat bicara sendiri, melamun dan bahkan kadang mengamuk tanpa sebab. Lama kelamaan tingkah Giman makin menghawatirkan dan tak bisa dipertanggungjawabkan. Yah, kini Giman telah menuai akibat bersekutu dengan Iblis

SHARE THIS

0 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.