Rabu, 25 April 2018

PSK Pengabdi Setan

Misteri Dunia -Aku mulai mengenal dunia prostitusi sejak umurku menginjak 24 tahun.Sebuah Kenyataan yang amat buruk menyeretku ke lembah hitam yang penuh dengan gelimang noda dan dosa.
Makin kuingat masa laluku itu, sakit dan perih pun kian kurasakan. Biarlah masa lalu yang biadab dan terkutuk itu berlalu. Aku tak mau mengingatnya lagi. Yang pasti, aku yakin, tak ada satu pun wanita di dunia ini yang berniat jadi pemuas nafsu lelaki hidung belang. Ya, begitu juga dengan diriku.
Hanya takut mati kelaparan, dan takut membiarkan anak semata wayangku yang juga hasil dari perbuatan zinah yang amat terkutuk itu, aku mencari alasan untuk melakukan profesi nista. Apakah aku salah karenanya? Entahlah! Namun yang pasti, aku tahu bahwaTuhan Maha Pengampun.
Aku menyadari betul bahwa hidupku berlumur dosa, namun aku tak kuasa menolak kodrat sebagai makhluk yang Iemah, yang tak mampu bertahan hidup selain menjual ubuh, sebab aku merasa hanyalah inilah modal hidupku.
Bukannya aku enggan untuk berusaha. namun, di tengah ketidak berdayaanku, di tambah dengan pendidikan yang minim, sungguh amat sulit mencari pekerjaan dari rezeki yang halal.
Siapa bilang batinku tidak tertekan dengan pekerjaan yang terpaksa aku geluti dengan ati menjerit ini. Aku juga ingin menjadi wanita baik-baik, punya suami, anak dan keluarga yang terhormat. Namun mimpi itu telah sirna. Aku telah terkubur amat dalam di tengah lumpur pekatnya dosa.Ya, hanya air matalah teman hidupku di saat sepi, sementara aku makin tua, keriput dan jelek.
Di tengah usiaku yang telah memasuki kepala empat, aku makin tak tahu lagi bagaimana nasibku nanti. Masih adakah makhluk laki-laki yang mau mengangkat harkat dan martabatku sebagai seorang isteri? Dan, masih adakah tersisa semangat hidup menjadi wanita yang sesungguhnya, yang dicintai dan dilindungi oleh seorang pria yang mencintai dengan sepenuh hati.
Kawasan prostitusi Silir, Solo adalah tempatku mengais rejeki haram. Di situ lah aku hidup berkubang lendir dosa yang amat menjijikan.Tapi, bukankah semua pekerjaan selalu memiliki risiko, termasuk profesiku ini? Mungkin aku akan terkena HIV/AIDS, atau paling mungkin penyakit kelamin.
Tetapi risiko terbesar dan paling kutakuti justeru adalah ketika aku sudah tak menarik lagi di mata lelaki, serta kalah bersaing dengan pelacur-pelacur muda yang makin banyak berdatangan, terutama di tengah perekonomian negara yang sulit seperti sekarang ini. Mereka tentu saja Iebih menarik, cantik dan seksi.
Dengan begitu, tentu saja para lelaki hidung belang itu akan lebih memilih mereka daripada diriku.Walau aku berani bertaruh, di atas ranjang aku lebih tahu akan “kebutuhan” laki-laki untuk memanjakannya terbang ke puncak asmara, tapi ini tidak akan ada artinya.
Bukankah lelaki itu selalu saja lebih tertarik pada kemolekan dan kemudaan, tanpa dia pernah mau berpikir bahwa yang muda dan molek itu belum tentu bisa memuaskan mereka?
Kenyataannya, ketakutanku itu memang menjadi kenyataan juga. Ketika umurku telah memasuki usia 35 tahun, aku semakin tak dilirik orang. Pelangganku semuanya Iari mencari bokong-bokong yang lebih padat berisi dan mulus. Akibatnya, kondisiku pun semakin remuk.
Karena kalah dalam persaingan, makà periuk nasiku pun semakin terancam. Kurasakan juga perlakuan “mami (induk semang) yang kian diskriminatif terhadapku. Hal ini tentu menyangkut income yang kudapatkan.
Kesulitan yang kuhadapi ini rupanya ditangkap oleh seorang induk semang lain yang biasa kupanggil Bude. Di saat keputusasaanku melanda, dia menyarankan agar aku mencari penglaris atau daya pikat tertentu lewat soerang dukun.
Anak-anak di sini sebagian besar menggunakan itu. Bila tidak, ya seperti kamu sekarang ini. Pasti dijauhi tamu kata Bude suatu ketika.
Sebenarnya, aku memang sering mendengar tentang pelaris, terutama sekali semacam susuk, yang katanya ampuh mmikat laki-laki hidung belang. Bahkan aku sering mendengar sendiri pengakuan beberapa rekan seprofesiku yang menyebut dirinya menggunakan piranti gaib semacam itu.
“Kuno amat sih kamu, bergaullah sama kita-kita’’. Bisa-bisa kamu enggak laku sama sekali seloroh salah seorang teman senasib sepenanggunganku.
Aku ragu, sebab aku kurang menyukai, apalagi mempercayai hal-hal berbau mistis. Dan seumur hidup aku memang belum pernah berhubungan dengan dukun dan sejenisnya.
Pada akhirnya, pikiranku berubah juga seiring dengan keadaanku yang kian memburuk. Aku mulai berpikir normatif, dan mana aku bisa mendapatkan uang banyak bila tak di dukung “kelebihan-kelebihan khusus sebagai seorang pelacur.
Bagiku, dosa bukanlah masalah yang menakutkan sebab hidupku toh memang telah bergelimang dosa. Karena itulah akhimya aku menyetujui tawaran Bude untuk menyematkan piranti gaib di dalam tubuhku.
Bahkan, wanita berusia kepala lima itu sendirilah yang mengantarkanku pada seorang dukun wanita yang konon amat sakti. Bahkan, dukun ini dikenali sebagai spesialis seks.
Aku terperanjat ketika bertemu dukun itu. Dukun yang dimaksudkan oleh Bude semula kukira seorang perempuan tua renta dengan tongkat yang menyangga tubuhnya yang telah rapuh. Akan tetapi ternyata dukun itu muda sekali.
Mungkin sebaya denganku, bahkan lebih muda lagi. Dan yang paling penting dia cantikdan cukup seksi.Warna kulitnya halus bagai gadis remaja, dan dadanya masih nampak kencang membusung. Namun ada satu hal yang tidak dapat disembunyikan yakni rambutnya sebagian telah memutih. Hal ini terlihat aneh sebab tak sesuai dengan keadaan tubuhnya yang nampak masih belia.
“Umurku sudah tujuh puluh lima tahun, Nak! Jangan kaget ya, katanya yang membuatku tensentak. Sepertinya, dia dapat membaca gejolak perasaanku yang masih cukup heran melihat penampilannya.
Singkat cerita, dukun dari salah satu lembah di Iereng gunung dekat Ambarawa ini memulai ritualnya. Aku dimandikan, dimanterai dan diasapi dengan kemenyan. Dia juga menyuruhku menelan benda mirip melinjo.
Tak hanya sebatas itu, dia juga memasukkan benda yang sama ke dalam organ vitalku. Kalau kuingat, proses ini mirip cara-cara memasukkan kontrasepsi berupa spiral ke dalam rahim.Setelah selesai dengan prosesi ini, aku disuruhnya jangan melupakan syarat dan pantangannya.
“Ingat,jangan sampai kamu lupa dengan syarat yang aku tentukan. Kalau sampai lupa, bahaya sekali akibatnya jelas sang dukun, menegaskan.
Syarat dimaksud adalah setiap malam Jum’at Kliwon aku diwajibkan mengasapi kemenyan dan harus telanjang bulat dengan cara berdiri mengangkang di atas dupa di tempat terbuka dengan membaca beberapa mantera.
Sedangkan pantangannya adalah aku dilarang berhubungan intim pada malam Jum’at Kliwon itu. Aku juga dilarang menikah secara resmi dengan pria manapun.Sebab kalau kamu menikah, maka suami dan anak-anakmu akan mati!”Tegasnya yang membuat bulu kudukku berdiri meremang.
Setelah semua selesai, bersama Bude yang selalu setia mendampingi, aku pun segera pulang.Hari-hari selanjutnya, aku kembali melakukan aktivitas seperti biasa. Seminggu setelah ritual itu memang tidak terjadi perubahan apapun pada diriku, begitu juga dengan tamu-tamuku. Selalu saja sepi.
Kenyataan ini sempat membuatku tak percaya pada semua ritual yang dilakukan oleh dukun perempuan yang berpenampilan aneh itu.Namun, akhirnya aku harus meralat sendiri penilaianku. Menginjak hari ke tujuh, aku mulai merasakan perubahan-perubahan itu.
Membingungkan sekali, seperti ada dorongan kuat, atau mungkin juga smacam keinginan teramat kuat untuk senantiasa berhubungan intim. Bila aku diam, aku seperti terus gelisah. Nafsu seks-ku kian menggelora tak terkendali.
Anehnya, bersamaan dengan itu tamu-tamu juga terus berdatangan untuk membookingku. Bahkan, mereka tak segan-segan mengeluarkan uang tip dalam jumlah besar, sebab katanya mereka amat terpuaskan oleh pelayanan ranjangku.
Waktu terus berlalu. Gambaran nasib buruk sepertinya akan sirna. Aku semakin berjaya, dan tak lagi takut bersaing dengan yang muda belia. Namun sementara itu, aku seperti kesetanan dalam hal berhubungan seks.
Bila lagi tak ada tamu, demi memuaskan dahaga seksku, aku tak jarang menggratiskan tubuhku pada tukang becak ataupun lelaki yang kuanggap mampu memuaskan birahiku.
Aneh sekali, organ vitalku seolah senantiasa berdenyut minta “diobok-obok bila aku diam. Dan luar biasanya, keadaan seperti gayung bersambut. Beberapa laki-laki hidung belang merasa ketagihan bila berhubungan badan denganku. Karena itulah langgananku makin banyak.
Kata para pelangganku, aku luar biasa sekali, terutama organ intimku ini mampu melambungkan mereka ke awang-awang. Hal ini tidak dimiliki oleh pelacur-pelacur lain. Para hidung belang yang sudah mengenalku lebih jauh merasa heran dan bahkan merasa perlu menghiba agar aku mau.dijadikan pasangan tetapnya.
Waktu terus berlalu.Walau kini aku banyak uang, tapi aku kian tak berdaya.Tubuhku terasa lelah. Belum genap setahun akhirnya aku menyerah dengan keadaan ini.
Yang tak bisa kuatasi adalah dorongan seks itu tetap menggila. Justru inilah yang menjadikanku malah tersiksa. Bagaimana tidak, sangat sedikit waktuku untuk istirahat sedangkan para tamuku telah mengantri di luar.
Bahkan tak jarang, di antara mereka sering terjadi adu jotos untuk memperebutkan diriku. Aku benar-benarjadi idola.
Lambat laun tapi pasti aku mulai tak kuat. Walau kini aku banyak uang tapi tak sedikitpun menyenangkan hatiku. Dan lebih penting aku sangat sulit mengenyahkan libidoku yang terus membara itu. Aku sangat capek, aku ingin membuang piranti setan yang tertanam di dalam organ intimku itu.
Karena kesal pada keadaan yang menyiksa itu, diam-diam aku mulai melanggar pantangan. Hal ini kulakukan agar Bude, perempuan yang dulu berbaik hati padaku, tak merasa kecewa padaku.
Ya, pantangan itu memang harus kulanggar agar aku tidak terus diperbudak oleh birahiku sendiri.Tiap malam Jum’at Kliwon aku mulai tak mengasapi kemaluanku dengan kemenyan.Tak hanya itu, aku juga sengaja tak datang ke dukun itu lagi. Aku ingin menghilangkan pengaruh gaib piranti setan itu dengan caraku sendiri.
Tapi apa yang kemudian terjadi?Tubuhku sering panas, dan juga kemaluanku mengeluarkan bau tak sedap. Karena kondisi ini, aku sengaja menghilang dari lokalisasi secara diam-diam. Apalagi ketika, bau tak sedap dari selangkanganku kian menyengat. Bahkan seperti bangkai.
Pada puncaknya, ada darah menghitam seperti mentsruasi, tapi lebih pekat warnanya. Dan, ya ampuuun Darah hitam itu baunya bukan main busuknya. Aku benar-benar tersiksa karenanya.
Penderitaanku seolah belum cukup.Tiap malam aku merasa seperti didatangi makhluk menyeramkan.Wujudnya berupa kucing raksasa yang seolah siap menerkamku. Namun, aku merasa tidak perlu takut dengan bayangan ini. Bahkan aku menantangnya.
“Hayo siluman...terkam aku, koyak tabuhku. Aku tak takut mati, biarlah aku mati!”Geramku dan tentunya dengan linangan air mata.
Untuk menyembuhkan penyakit aneh dan memalukan itu, aku sudah ke dokter spesialis kulit dan kelamin. Berbagai macam obat pun telah kukonsumsi.Tapi usaha ini seolah tak ada gunanya. Aku pun hanya bisa pasrah. Namun, aku masih memiliki keinginan yang kuat untuk bertobat.
Entah ada kekuatan dari mana, ada dua dorongan kuat agar aku memilih satu di antaranya. Pertama, aku harus datang ke dukun itu lagi dan meminta maaf serta perlindungannya dari penyakitku dan teror itu.
Sementara yang kedua, aku harus mendatangi seorang Kyai untuk menghancurkan pengaruh gaib dukun dan piranti setan itu, serta aku bertobat sebagai pelacur untuk kembali menempuh jalan yang benar.
Akhirnya, dengan niat dan ketabahan yang aku bangun sendiri, kuputuskan untuk mengambil pilihan kedua. Aku mendatangi Pak Abdullah, guru mengaji sekaligus seorang yang sangat pintar dalam hal ilmu gaib.
Kepada Pak Abdullah, kutumpahkan semua jalan hidupku serta apa yang telah kulakukan selama ini termasuk tentang piranti setan itu. Kepadanya juga kebeberkan keinginanku untuk bertobat, dan mohon ditunjukkan jalan yang terbaik agaraku bisa melakukan pertobatan itu dengan benar.
“Alhamdulillah, petunjuk itu akhirnya datang. Percayalah Allah Maha Pengampun. Bertobatlah selagi masih ada kesempatan’ nasihat Pak Abdullah.
Beliau merasa bersyukur aku datang ke tempatnya. Katanya, setan akan terus menggodanya hingga aku pada akhirnya akan datang lagi ke dukun itu untuk meminta pertolongannya.
Singkat cerita, beberapa waktu Iamanya aku dibimbing tentang kesadaran hidup dan juga diobati oleh Pak Abdullah dengan cara-cara Al Qur’an dan Hadist. Dengan telaten Kyai Abdullah dan isterinya membimbingku. Mereka dengan penuh kesabanan melayani setiap keluh kesahku.
Tak lama kemudian aku sembuh. Aku bersujud kepadaNya sebagai tanda syukur. Sementara itu, kata Pak Abdullah, dukun yang dulu menanamkan piranti gaib di dalam kemaluanku itu adalah seorang pengabdi setan. Wujudnya akan seperti nenek-nenek renta bila siang hari, tapi malam hari tampak cantik jelita.
Kini aku dititipkan pada seorang tukang jahit cukup ternama di kota Solo. Di usiaku yang makin senja dan dengan penghasilan sedikit, tapi aku benar-benar merasakan kebahagiaan, sebab sebuah karunia yang tiada taranya telah aku miliki.
Bahkan, tak sampai di situ saja kemurahanNya atas aku, hambaNya yang hina ini. Kini anak semata wayangku telah menjadi seorang tentara yang gagah. Dia kini hartaku satu satunya sebagai karuniaTuhan yang tiada bandingannya, dan dia tempat sandaran hidupku, ibunya yang malang.
Semoga tulisan ini menjadi dorongan moril bagi merekayang berprofesi sebagai pelacur dengan diriku, terutama mereka yang ada di Silir untuk segera bertobat.Ternyata,hidup lebih indah dan bahagia di jalan yang benar, walau harus dijalani dengan penuh kesederhanaan

SHARE THIS

0 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.